Kamis, 04 November 2010

PROFIL SEORANG MUSAFIR

    Saya dilahirkan di sebuah kota Kecil di Jawa Tengah, anak dari seorang penjual sapu keliling, dan ibu saya seorang buruh perusahaan rokok yang terkenal. Kenangan semasa kecil masih kuingat, betapa perjuangan, dan prihatin yang aku alami untuk mencapai cita-citaku yang terpatri dalam benakku untuk menjadi guru. Profesi yang pada waktu itu sebuah idealisme murni ingin mendidik anak bangsa menjadi yang lebih maju.
   Hidup dilingkungan heterogen, berbagai profesi dan latar belakang yang beragam, megharuskan saya untuk memilih teman yang benar-benar tepat. Saya masuk di Madrasah untuk bekal agama yang harus dibawa guna mengarungi gelombang kehidupan yang tajam dan berliku.Lulus dari madrasah kebingungan yang aku rasakan untuk melanjutkan sekolah, dilain pihak keadaan ekonomi orang tua yang tak sanggup untuk membiayai sekolah. Dengan bermodalkan motivasi dan nekad, aku masuk SMP Negeri dikotaku, tiap hari aku pinjam buku dari satu teman  ke teman lain untuk mencukupi kebutuhan belajarku.Bersyukurlah aku mempunyai sahabat yang akhirnya menjadi calon ibunya anak-anakku, namun Tuhan berkehendak lain, perjalanan waktu yang cukup panjang, kami berpisah untuk mencapai cita-cita masing-masing.
     Lulus SMP, kebingungan kembali aku rasakan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, namun Allah SWT selalu pengasih dan penyayang kepada hambanya, dengan prestasi yang aku raih, aku dapat diterima di sekolah Lanjutan Atas terkenal di Kotaku. seperti yang aku alami sebelumnya, aku selalu punya prinsip " SAYA HARUS BISA" kenangan manis maupun menyakitkan selalu menyertai langkah hidupku semasa menempuh pendidikanku. 
     Lulus SMA, aku mencoba untuk bekerja menjadi buruh karyawan sebuah perusahaan rokok di kotaku, tak terlintas pada benakku untuk melanjutkan pendidikan menjadi seorang mahasiswa seperti yang diinginkan oleh banyak teman-temanku. Aku sadar bahwa orang tuaku tak mungkin sanggup untuk membiayai biaya kuliahku. 
     Bersyukurlah aku mempunyai kedua orang tua yang mengerti akan cita-cita anaknya. Sebuah sepeda buntut yang aku pakai setiap hari, harus rela aku jual untuk membeli formulir SIPENMARU, dan untuk biaya hidup selama mengikuti seleksi. Atas karunia Allah SWT aku diterima di sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Ibukota Propinsi.
      Ujian dan cobaan masih selalu menyertaiku, lulus kuliah tak jua pekerjaan yang aku peroleh, aku kasihan dengan orangtuaku, yang sudah berat untuk membiayai kuliah dan biaya hidupku, namun pekerjaan tak kunjung aku peroleh.Dua tahun berlangsung aku menjadi seorang pengangguran, surat lamaran pekerjaan aku layangkan untuk sebuah pekerjaan, namun jawaban yang aku terima sama " NANTI BILA ADA FORMASI".
      Alkhamdulillah, Allah SWT selalu mengabulkan permohonan hambanya, aku mendapatkan SK CPNS yang mengharuskan untuk meninggalkan kotaku untuk merantau ke negeri orang. Singkat cerita, kenangan, ujian dan cobaan merupakan sebuah bumbu kenikmatan untuk menjalani hidup.
      Akhirnya perantauan berjalan tiga belas tahun, aku dapat kembali ke kampung halamanku untuk membangun masa depan baru, motivasi baru, dan harapan baru.